Tenang, Badai Pasti Berlalu
Ellya (editor)badai menuju badai berikutnya. Di situlah iman kita diuji, mental kita dikuatkan, dan pikiran kita diasah. Sebab tanpa adanya badai, hidup kita akan sangat membosankan dan monoton.
Meskipun begitu, sering kali kita masih terkaget-kaget ketika badai itu datang. Seolah-olah kita tidak kuat untuk menghadapinya. Bukankah kita sudah menyadari bila hidup ini tidak akan lepas dari pusaran badai? Lantas, kenapa kita masih saja bersedih hati dan merasa terpuruk? Tanpa kita sadari, kita pernah menyalahkan orang lain, lingkungan, dan bahkan kita menyalahkan takdir-Nya.
Coba kita simak cerita ini.
Suatu hari, seorang komedian tampil di atas panggung dengan satu lelucon. Penonton pun tertawa terbahak-bahak. Kemudian komedian tersebut mengulangi lagi lelucon itu dan penonton masih tertawa. Lalu, komedian itu kembali mengulang lelucon yang sama untuk ketiga kalinya, dan sedikit penonton yang tertawa. Ketika komedian tersebut mengulang lelucon yang sama untuk keempat kalinya, tidak ada satu pun penonton yang tertawa. Si komedian pun berkata, “Lihatlah. Ketika aku mengulangulang lelucon yang sama, kalian sudah tidak tertawa lagi. Lalu, kenapa kalian masih menangis untuk kesedihan yang sama?”
Begitulah. Bahkan untuk badai yang sama pun, kita masih bersedih lagi, lagi dan lagi. Padahal kita pernah melewati badai tersebut dan kita tahu badai seperti itu akan lekas pergi. Inilah pondasi yang harus kita kuatkan dalam diri kita sendiri. Ialah mental untuk kesiapan menghadapi kondisi seperti apa pun. Kemudian keyakinan bahwa setiap badai yang datang pastilah sudah terukur oleh-Nya sesuai kesanggupan kita.
Badai ini tidak hanya menghantam diri kita saja, tetapi juga keluarga kita, lingkungan kita, bahkan negara kita. Di mana pun kita berada, di situ pasti ada badai. Bagaimana cara kita menghadapi badai-badai tersebut.